Jumat, 14 November 2008

Surgawi Amrozi Cs

Keluarga Amrozi dan Muklas meminta maaf

KETUA Majelis Ulama Indonesia KH Ma’aruf Amin menegaskan bahwa Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Gufron alias Muklas yang dieksekusi mati, bukan mati syahid. “Itu (syahid) kan pandangan dia, tapi para ulama menganggap cara seperti itu tidak tepat,”kata Ma’aruf kepada Tempo kemarin.

Menurut dia, perjuangan Amrozi cs dengan teror bukan cara yang tepat dalam perjuangan Islam. Perjuangan dalam Islam pada masa damai dilakukan dengan dakwah. “Kecuali di daerah perang. Dan Indonesia (saat peristiwa Bom Bali dan sekarang) tidak sedang dalam perang.”

Amrozi, Muklas, dan Imam Samudra telah dieksekusi pada Minggu pukul 00.15 dengan cara ditembak. Mereka divonis bertanggung jawab atas pengeboman di Bali pada 12 Oktober 2002 yang menewskan 202 orang.

Sebelum dieksekusi, Imam Samudra menulis surat wasiat untuk dibacakan kepada publik. Isinya, antara lain, menyebutkan gelar teroris lebih mulia daripada ulama yang tidk peduli pada saudara yang dibunuh oleh kafir.

“Para ulama menilai itu tidak tepat,”ujar Ma’aruf.

Pendapat senada diutarakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, Tuan Guru Bajang KH Muhammad Zainul Madjdi. Menurut dia, mujahid adalah orang yang memiliki dedikasi tinggi dan penuh tanggung jawab pada masyarakat. “Termasuk jauh dari pikiran ekstremistis,”kata Zainul.

Menurut kandidat doktor Universitas Al-Azhar itu, cara Amrozi cs “melawan” Amerika Serikat tidaklah tepat. Menurut dia, seharusnya protes terhadap AS dilakukan di negeri adidaya itu, bukan di Indonesia. Perjuangan yang benar bukan menggunakan senjata dan tidak boleh menyakiti Islam, katanya, tidak pernah ada masalah dengan kemajemukan di kalangan masyarakat.

Di Lamongan, sebelum jenzah Amrozi diberangkatkan ke pemakaman, Abu Bakar Ba’asyir, mantan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia, menyampaikan pandangan berbeda soal kematian mereka. Ia mengaku sangat bangga pada Amrozi, Muklas, dan Imam Samudra yang dia anggap mati syahid.

Berbeda dengan Ba’asyir, ustad M.Cozin, kakak Amrozi, mengatakan keluarga meminta maaf jika semasa hidup kedua adiknya melakukan tindakan yang salah. “Atas nama keluarga, kami minta maaf,”katanya kemarin.

Pelaksanaan eksekusi mati ini juga disambut khusus oleh warga pemeluk Katolik di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Sekitar 200 orang kemarin menggelar misa untuk keselamatan tiga terpidana mati itu. Misa dilaksanakan di Gereja Sion, Jalan Yos Sudarso.

Pastor Jhony Mojanggo yang memimpin misa meminta para anggota jemat dan warga Katolik lainnya mendoakan Amrozi dan kawan-kawan agar arwah mereka diterima di sisi Tuhan. “Nyawa manusia tidak bisa ditentukan oleh manusia lainnya—kita menentang eksekusi mati, siapa pun dia,”kata Jhony.

Kekeane Amrozi modhiar

Diterbitkan 28 Juli 2006 agama , opini

The Smiling Bomber

Sambil menghitung sisa hari menjelang eksekusi mati, dalam selnya mungkin Amrozi akan berpikir seperti ini:

Ohh, senangnya….
Sebentar lagi gw masuk surga
Disambut para bidadari bertelanjang dada
Tar gw langsung nyebur mandi di sungai susu
Selesai mandi akan gw tunjuk 4 bidadari jelita
Tiap hari hanya menikmati surga
Ohh…. senangnya…

Sang smiling bomber akan terus tersenyum, tak sabar menunggu hari keberangkatan menuju Surga yang kekal abadi.

Dilaksanakannya hukuman ini tentu akan membuat banyak orang lega:

* Amrozi Cs, gak perlu di tanya, jelas mereka senang, karena akan segera masuk surga sebagai imbalan jasanya berjuang atas nama agama.
* Teman-teman terrorisnya yang belum tertangkap, lega karena dengan di berangkatkannya Amrozi dkk ke surga, informasi tentang mereka yang masih tersembunyi di kepala Amrozi cs akan tertutup selamanya. Aman.
* Keluarga yang ditinggalkan para korban, meski hal itu tidak akan mengembalikan orang-orang terkasih yang kehilangan nyawa akibat kekuatan iman Amrozi cs, setidaknya hal itu bisa sedikit… hmm… (maaf) melegakan?
* Pemerintah, setidaknya membantu mereka berhalusinasi, merasa sudah melaksanakan kewajibannya untuk menegakkan hukum. Semoga saja hukuman yang sama juga bisa ditimpakan pada para koruptor.
* Guru-guru Amrozi, terutama guru-guru spiritualnya, mereka pasti sangat terharu dan bangga, muridnya bisa sukses jadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Lega juga karena ternyata Amrozi bisa menjaga rahasia.
* Siapa lagi ya?

Btw, mengenai cara Amrozi berangkat ke surga. Seandainya boleh memilih, gw sangat tidak setuju dengan IndCoup yang memilihkan kursi listrik. Memang itu akan memuaskan bagi mereka yang agak psycho, mereka memang ingin melihat Amrozi tersiksa, tapi buat gw itu sangat TIDAK religius. Selain kursi listrik itu adalah cara kafir amerika, matinya juga jadi terlalu cepat.

Gw pikir yang paling cocok itu ya pilihan hukum rajam, lempari pakai batu sampai mati. Batunya sedang-sedang saja, jangan gede-gede, supaya tidak cepat mati. Setiap lemparan dipungut Rp 50.000 atau lebih, kecuali bagi kerabat korban bom boleh gratis 5 biji. Uang ini nanti bisa di sumbangkan pada saudara-saudara yang tertimpa bencana, atau untuk membantu keberangkatan mereka yang ingin berangkat Jihad melawan Israel.

Menurut anda gimana?

http://img356.imageshack.us/img356/6284/amrozisamudrast4.jpg